Resep Bir Tertua di Dunia Dibangkitkan dari Roti Bekas untuk Kurangi Sampah Makanan

By smartbanua 11 Nov 2025, 06:52:21 WITA, 49 Dibaca Seni & Budaya
Resep Bir Tertua di Dunia Dibangkitkan dari Roti Bekas untuk Kurangi Sampah Makanan

Keterangan Gambar : Bir tertua di dunia kini kembali hidup berkat Toast Brewing London, menggunakan roti bekas untuk mengurangi limbah makanan dan jejak karbon, terinspirasi resep kuno bangsa Sumeria ribuan tahun lalu.



Banjarbaru, smartbanua.com – Bir bukan sekadar minuman, tapi juga sejarah. Ketika orang pertama kali menyesap bir berbusa di Mesopotamia ribuan tahun lalu, mereka menikmati minuman yang kental, hangat, dan terbuat dari roti bir – roti jelai yang dipanggang dua kali untuk menyediakan gula bagi fermentasi. Resep kuno ini tertulis di tablet tanah liat sebagai puisi untuk Ninkasi, dewi bir, menandai betapa pentingnya bir bagi bangsa Sumeria.

Ribuan tahun kemudian, pada 2016, Toast Brewing di London menghidupkan kembali resep kuno ini. Terinspirasi oleh limbah roti yang melimpah dari pabrik dan supermarket, para pendirinya, Tristram Stuart dan Louisa Ziane, memutuskan memanfaatkan roti sisa untuk membuat bir bernilai tinggi. Setiap tahun, diperkirakan 900.000 ton roti berakhir di tempat sampah secara global – setara dengan 24 juta potong roti setiap hari.

Baca Lainnya :

“Roti yang terbuang bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai, sekaligus mengurangi dampak lingkungan,” kata Ziane. Pendekatan ini tidak hanya menghidupkan kembali tradisi bir kuno, tapi juga memberikan solusi berkelanjutan terhadap sampah makanan dan emisi gas rumah kaca.

Bir berbasis roti ini memiliki jejak karbon yang lebih rendah dibanding bir biasa. Toast Brewing menggunakan 25% roti bekas untuk menggantikan biji-bijian, mengurangi konsumsi karbon, air, dan lahan. Antara 2016–2022, perusahaan telah berhasil menghindari 61 ton setara CO₂ melalui metode ini. Selain itu, limbah sisa roti digunakan sebagai pakan ternak lokal, sehingga tidak menimbulkan metana di tempat pembuangan.

Sistem produksi bir berbahan roti ini terinspirasi oleh tradisi kuno, di mana toko roti dan pabrik bir lokal saling bertukar bahan baku untuk mengurangi limbah. Saat ini, Toast Brewing bekerja sama dengan produsen bir lokal di Inggris, Belgia, Belanda, dan Australia, menjaga rantai pasokan tetap dekat dengan konsumen dan menurunkan jejak karbon distribusi.

Langkah-langkah keberlanjutan lain termasuk pengalihan kemasan dari botol kaca ke kaleng, serta perhitungan penuh terhadap dampak energi selama produksi. Hasilnya, bir berbahan roti Toast memiliki jejak karbon 604 g CO₂ per liter, lebih rendah dibanding rata-rata Inggris (700 g) dan AS (900 g).

Dengan menghidupkan kembali resep bir Sumeria dan memanfaatkan roti bekas, Toast Brewing tidak hanya merayakan sejarah bir, tapi juga menekankan pentingnya kesadaran lingkungan, keberlanjutan, dan penghargaan terhadap makanan. Masa depan bir mungkin terlihat lebih mirip bir masa lalu: sedikit lebih dingin, lebih ringan, dan tetap disukai banyak orang. (/smartbanua)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment