Haul ke-21 Abah Guru Sekumpul, Habib Luthfi Puji Warisan Dakwah dan Sosial Sang Ulama Besar

By smartbanua 27 Des 2025, 15:30:06 WITA, 73 Dibaca Daerah
Haul ke-21 Abah Guru Sekumpul, Habib Luthfi Puji Warisan Dakwah dan Sosial Sang Ulama Besar


‎Martapura, smartbanua —KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Guru Sekumpul, merupakan salah satu ulama besar Nusantara yang kharismatik, menjadi panutan umat Islam terutama di Kalimantan Selatan dan wilayah Indonesia secara umum. Beliau dikenal bukan hanya sebagai pengajar agama, tetapi juga sebagai sosok yang menghidupkan suasana spiritual, berakhlak mulia, dan disegani banyak kalangan. 

‎Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 atau bertepatan 27 Muharram 1361 H di Desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar. Beliau adalah keturunan ke-8 dari ulama besar tanah Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari, sebuah silsilah ulama yang dihormati oleh masyarakat Kalimantan. 

Baca Lainnya :

‎Nama kecil beliau adalah Qusyairi, kemudian dikenal sebagai Zaini setelah memasuki dunia pendidikan agama. Di kalangan jamaah dan masyarakat, beliau akrab dipanggil Abah Guru Sekumpul, Guru Ijai, atau Tuan Guru Sekumpul, gelar-gelar penghormatan yang mencerminkan kedalaman ilmu, kebijaksanaan, dan keteladanan akhlaknya. 

‎Sejak kecil, Guru Sekumpul sudah dididik dalam lingkungan keluarga yang kuat dalam nilai tauhid dan akhlak. Ayah dan neneknya menanamkan disiplin, pembiasaan membaca Al-Qur’an, serta cinta terhadap ilmu dan para ulama. Beliau dikenal pendiam, tekun, dan memiliki kepekaan spiritual yang mendalam sejak usia muda.

‎Selain pengajaran formal, beliau juga mengembangkan ilmu-ilmu tasawuf serta menjalani tradisi spiritual tarekat, khususnya dalam Tarekat Sammaniyah yang merupakan salah satu cabang tarekat Syadziliyah yang berakar dari tradisi keilmuan tasawuf klasik.

‎Semasa hidupnya, Abah Guru Sekumpul dikenal karena khutbah dan pengajiannya yang diselenggarakan secara rutin di kompleks Musholla Ar-Raudhah, Sekumpul, Martapura. Setiap pengajian biasa dihadiri oleh ribuan bahkan jutaan jamaah dari berbagai penjuru tanah air, yang datang untuk mendengarkan tausiah, dzikir, dan pembelajaran agama secara langsung dari beliau. 

‎Beliau dikenal sebagai sosok yang tidak hanya memberi ilmu secara tekstual, tetapi juga memberikan perhatian pada kondisi sosial-spiritual masyarakat. Di beberapa kesempatan pengajian, beliau bahkan turut menghadirkan ahli dalam penyuluhan kesehatan, sebuah langkah yang menunjukkan kepedulian beliau pada kesejahteraan fisik jamaahnya selain pada urusan keagamaan.

‎Nilai-nilai inilah yang membuat jamaah dan masyarakat luas terus menjadikannya teladan, serta menjadikan haul beliau sebagai momentum refleksi spiritual.

‎Guru Sekumpul wafat pada 10 Agustus 2005 di Martapura pada usia 63 tahun setelah mengalami masalah kesehatan. Beliau dimakamkan di komplek pemakaman keluarga dekat musholla tempat beliau mengajar bertahun-tahun. 

‎Setiap tahunnya, haul Guru Sekumpul diperingati pada tanggal 5 Rajab Hijriyah. Acara ini dikenal sebagai salah satu peringatan ulama terbesar di Indonesia dan menjadi ajang ziarah spiritual yang dihadiri oleh jutaan orang dari dalam maupun luar negeri.

‎Pada Haul ke-21 Abah Guru Sekumpul yang digelar di Martapura, Kalimantan Selatan, Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Habib Luthfi) turut memberikan penghormatan. Dalam acara yang digelar pada tahun 2025 itu, Habib Luthfi tidak hanya hadir sebagai tamu, tetapi juga menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh relawan dan jamaah yang hadir.

‎Dalam pertemuan itu didampingi Gubernur H. Muhidin, Habib Luthfi memuji peran besar almarhum KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, yang dikenal sebagai Abah Guru Sekumpul, dalam membangkitkan kehidupan agama dan ekonomi masyarakat Kalimantan Selatan. Beliau menyoroti betapa besar pengaruh Abah Guru Sekumpul yang telah meninggal, namun masih mampu menggerakkan ribuan orang untuk datang dari berbagai daerah, termasuk dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

‎"Melihat apa yang terjadi hari ini, kita bisa menyaksikan betapa besar pengaruhnya. Orang-orang yang telah meninggal 10 hingga 21 tahun yang lalu masih bisa mengundang perhatian. Jemaah datang jauh-jauh, menggunakan kendaraan dan bus, untuk menghormati beliau," kata Habib Luthfi.

‎Habib Luthfi juga menegaskan bahwa peristiwa ini bukan hanya sekadar untuk mengenang Abah Guru Sekumpul, tetapi sebagai bentuk penghormatan yang dapat memberikan manfaat bahkan bagi UMKM dan mempersatukan umat. 

‎“Ini bukan untuk UMKM atau hal-hal lainnya, ini adalah untuk orang yang sudah meninggal. Saya sangat kagum, bagaimana seorang yang telah tiada, masih bisa memberikan manfaat besar bagi banyak orang, bahkan mempersatukan umat," tambahnya dengan penuh kekaguman.

‎Habib Luthfi kemudian merenungkan keadaannya sendiri dan umat pada umumnya. Ia merasa malu, karena meskipun masih hidup dan memiliki kesempatan untuk bergerak kemana-mana, ia belum mampu menyatukan umat sebagaimana yang dilakukan oleh Abah Guru Sekumpul meski beliau sudah tiada. 

‎Peringatan haul ini bukan hanya menjadi momen untuk mengenang, tetapi juga sebagai ajakan bagi umat untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan kebaikan yang telah ditinggalkan oleh ulama besar seperti Abah Guru Sekumpul. (M Rahim Arza/Smartbanua)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Loading....



Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.