- Ketika Hati Tak Direstui Situs Pemerintah Jadi Pelampiasan Dukcapil Bangka Diretas Hacker Galau
- Gubernur Kalsel Apresiasi Diseminasi dan Bedah Buku Arkeologi Kepemimpinan di ULM Banjarmasin
- BKOW Kalsel Perkuat Peran Perempuan Lewat Kampung Keluarga Berkualitas
- TNI Angkatan Laut Bedah Rumah Warga Hingga Baksos di Tanah Laut
- Barito Putera Terus Berbenah, Targetkan Promosi ke Liga 1
- Bandara Internasional Syamsudin Noor Pastikan Penerbangan Internasional Siap
- Sekdaprov Kalsel Lepas Banua Triathlon Challenge (BTC) 2025, Ajang Promosi Wisata Daerah
- Kementerian PKP Dorong Akselerasi Rumah Layak Huni Kalsel
- Disdikbud Kalsel Dorong Pelestarian Merepah Sahaja Budaya Meratus
- Rakerprov FORKI; Paman Birin Tekankan Asah Karatekan Raih Prestasi Nasional dan Internasional
Ketika Hati Tak Direstui Situs Pemerintah Jadi Pelampiasan Dukcapil Bangka Diretas Hacker Galau
Aksi peretasan situs resmi Dukcapil Bangka mengundang perhatian publik. Pelaku menyisipkan curhatan pribadi bertema cinta dan keluarga — menandakan sisi emosional di balik tindakan digital yang nekat ini.

Situs resmi milik Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Bangka, https://dukcapil.bangka.go.id/, menjadi sorotan publik setelah tampilannya berubah secara drastis pada Selasa (22/10) dini hari.
Laman utama situs itu kini berwarna hitam pekat, dengan tulisan besar bertuliskan “Hacked By AstarGanz” dan judul yang mencolok: “AKU -VS- KELUARGAMU”.
Sekilas, aksi ini tampak seperti peretasan biasa — tanda lemahnya keamanan siber di instansi pemerintah. Namun, isi pesan yang disisipkan di dalamnya membawa nuansa berbeda: bukan ancaman, bukan tuntutan politik, melainkan curahan hati seorang hacker yang terluka.
Baca Lainnya :
- Tiga Penyair Berhasil Menangkan Lomba Cipta Dan Baca Puisi Piala Walikota Banjarmasin0
- Intip Stand Diskominfo, Dari Mini Game Hingga Diskominfo Award0
- Talkshow Wastra Nusantara 2025, Ketua Dekranasda Kalsel Hj. Fathul Jannah Bangga Kain Sasirangan khas Banjar Go Nasional0
Dalam pesan yang ia tulis, sang peretas menceritakan kisah cintanya yang gagal karena tidak direstui keluarga kekasihnya. Ia menulis dengan nada jujur dan getir, seolah sedang berbicara langsung kepada orang yang dulu ia sayangi:
“Awalnya ane itu sempat ribut sama pacar ane gara-gara isu dia VC sama temen ane. Jadinya gara-gara itu, sekarang hubungan ane ga di restui sama orang tua pacar ane.”
Kata-kata itu diikuti kalimat reflektif yang menyentuh:
“Sekali kepercayaan rusak, semuanya jadi susah. Kadang bukan soal siapa yang salah, tapi siapa yang tetap bertahan walau disalahpahami.”
Pesan itu membuat banyak warganet terdiam. Bukan karena kehebatan aksinya, tapi karena ketulusannya. Di tengah dunia digital yang penuh ego dan tantangan, ada seseorang yang memilih menyalurkan sakit hatinya lewat jalur tak biasa: peretasan.
Fenomena ini bukan pertama kalinya terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul tren di kalangan peretas muda yang menggunakan keahlian mereka bukan hanya untuk membobol sistem, tapi juga sebagai sarana ekspresi diri.
Sebagian di antaranya, seperti dalam kasus ini, menjadikan situs web pemerintah sebagai “kanvas digital” tempat mereka melukis emosi — antara sakit hati, kecewa, dan kerinduan akan pengertian.
Dalam pesan penutupnya, sang peretas bahkan menulis permohonan maaf kepada admin situs:
“Maaf banget ya admin web ini, terpaksa ente harus baca curhatan ane sedikit :)”
Ungkapan itu menunjukkan bahwa aksi ini bukan bertujuan merusak secara permanen, melainkan menjadi semacam surat terbuka digital — sebuah “surat cinta yang dikirim lewat server pemerintah”.
Bila dicermati lebih dalam, kalimat “AKU -VS- KELUARGAMU” yang terpampang di atas laman deface bukan sekadar judul. Itu adalah bentuk perlawanan emosional terhadap restu yang tak kunjung datang, juga simbol betapa rumitnya cinta ketika harus berhadapan dengan tembok keluarga dan omongan orang.
Dalam konteks yang lebih luas, peretasan semacam ini menunjukkan sisi manusiawi dunia hacker. Bahwa di balik layar komputer dan barisan kode, mereka tetap manusia yang bisa mencinta, kecewa, dan kehilangan arah. Dunia maya pun menjadi tempat pelarian — tempat di mana rasa sakit bisa diubah menjadi karya, walau dalam bentuk yang ekstrem.
Sampai berita ini ditulis, situs resmi Dukcapil Bangka masih belum sepenuhnya pulih. Pihak terkait belum memberikan pernyataan resmi, namun masyarakat berharap langkah perbaikan segera dilakukan agar data publik tidak terdampak.
Namun terlepas dari sisi teknis dan pelanggaran hukumnya, kisah ini meninggalkan jejak emosional tersendiri. Bahwa di era digital ini, bahkan luka hati pun bisa menemukan jalannya sendiri — lewat jaringan internet, lewat layar hitam bertuliskan “Hacked”, dan lewat seseorang yang hanya ingin didengar.
Dan mungkin, seperti pesan terakhir sang peretas itu sendiri:
“Jangan bawa keluarga atau orang lain ke masalah hubungan.”
Sebuah kalimat sederhana, tapi terasa seperti pelajaran yang lahir dari cinta yang tak sampai.